Terjemah Qawaid Fi al Imla

 

Kitab berjudul lengkap "Qawaid Fi al-Imla" karya Muhammad Ibn Shalih al-'Utsaimin merupakan kitab yang membahas kaidah-kaidah penulisan (rasm) imla. Kitab ringkas ini di-tahkik oleh Mushthafa Mahmud al-Azhari dan diluncurkan pada tahun 2009.

Dalam artikel ini, penulis (alias admin) berusaha menterjemahkan sebagian dari isi dari kitab ini. Bagian yang tidak diterjemahkan adalah tahkik dan komentar dari Mushthafa Mahmud al-Azhari. Dalam penulisan contoh juga, penulis terkadang mengutip satu contoh saja. Untuk lebih rincinya, silahkan lihat kitabnya.

Kitab ini terdiri dari 5 kaidah yaitu kaidah penulisan Alif, Hamzah, Ta Ta'nis, yang ditulis tapi tidak dibaca, dan yang dibaca tapi tidak ditulis. Penulis hanya menterjemahkan kaidah pertama dan kedua saja, karena setelah ditelusuri, telah ada buku yang menterjemahkan karya al-'Utsaimin ini.

Kaidah-Kaidah Imla'

KAIDAH PERTAMA : PENULISAN ALIF

Penulisan Alif di Tengah Kata

Penulisan Alif tergantung pada letaknya di tengah atau di akhir kata. Apabila Alif nya terletak di tengah kata, maka selalu ditulis dengan Alif sebagaimana biasanya. Contohnya sebagai berikut :

كَانَ ، قَالَ

Penulisan Alif di Akhir Kata

Sedangkan Alif yang terletak di akhir kata, maka ada dua pilihan: ada yang ditulis dengan alif dan ada yang ditulis dengan ya. Tergantung syarat nya masing-masing. Syarat atau kondisi alif yang ditulis alif di akhir kata berjumlah 5 yaitu :

1. Apabila kata itu berbentuk huruf (kata yang tidak dapat dipahami kecuali disambung dengan kata lainnya). Contohnya

 كَلَّا

Kecuali

بَلَى ، إِلَى

2. Apabila kata itu berupa isim mabni (kata benda tetap). Contohnya

 ذَا

Kecuali

 مَتَى

3. Apabila kata itu berupa nama a'jam (non arab). Contohnya

أُوْرُوْبَا

Kecuali 4 nama yaitu

مُوْسَى ، عِيْسَى

4. Apabila kata itu kata tsulatsi dan asal dari penulisan alif adalah wawu. Contohnya

الْعَصَا

5. Apabila alif nya didahului oleh huruf ya. Contohnya

دُنْيَا

Kecuali jika itu merupakan nama-nama. Contohnya

يَحْيَى


Sedangkan syarat atau kondisi alif yang ditulis ya (alif layyinah) yang terletak di akhir kata berjumlah 3 yaitu :

1. Kata-kata yang dikecualikan dari kaidah sebelumnya

2. Apabila terdapat dalam fi'il (kata kerja) dan isim (kata benda) yang mu'rab (tidak tetap) dan terdiri dari ruba'i atau lebih. Contohnya:

مُصْطَفَى

3. Apabila terdapat dalam fi'il atau isim yang mu'rab tetapi terdiri dari tsulatsi yang alifnya merupakan ganti dari ya. Contohnya:

 الْفَتَى

KAIDAH KEDUA : PENULISAN HAMZAH

Penulisan Hamzah di Awal Kata

Apabila hamzah terletak di awal kata, maka selalu ditulis dengan alif tanpa memperdulikan harakatnya. Contohnya:

أَنْزَلَ ، أُرْسِلَ

Penulisan Hamzah di Akhir Kata

Apabila hamzah terletak di akhir kata, maka terkadang ditulis sendirian dan terkadang ditulis berdasarkan huruf (huruf madd) yang sejenis dengan harakat sebelumnya. Penjelasannya kurang lebih sebagai berikut

1. Ditulis hamzah mandiri atau sendirian, jika sebelumnya terdapat huruf wawu berharakat dhammah yang bertasydid. Contohnya

التَّبَوُّءُ

2. Ditulis hamzah mandiri atau sendirian, jika sebelumnya terdapat sukun. Contohnya

دِفْءٌ ، قُرُوْءٌ

3. Ditulis berdasarkan huruf (huruf madd) yang sejenis dengan harakat sebelumnya. Contohnya

قُرِئَ

Penulisan Hamzah di Tengah Kata

Lalu bagaimana jika hamzahnya terletak di tengah kata? Tergantung kondisi dan syaratnya, hamzah yang ada di tengah kata bisa ditulis sendirian, alif, wawu, maupun ya. Berikut penjelasan masing-masing syaratnya:

1. Ditulis alif jika hamzahnya sukun dan sebelumnya ada harakat fathah. Contohnya

رَأْسٌ

2. Ditulis alif jika ia berharakat fathah dan sebelumnya ada fathah juga atau sebelumnya terdapat huruf shahih yang sukun. Contohnya

سَأَلَ ، يَسْأَلُ

3. Ditulis wawu jika berharakat fathah atau sukun dan sebelumnya ada harakat dhammah. Contohnya

مُؤَلَّفٌ

4. Ditulis wawu jika berharakat dhammah dan sebelumnya ada harakat dhammah, fathah, atau sukun. Contohnya

يَؤُمُّ

5. Ditulis ya jika berharakat kasrah apapun keadaannya. Contohnya

سُئِلَ


6. Ditulis ya jika berharakat fathah, dhammah, sukun dan setelahnya ada kasrah atau ya sukun. Contohnya

مِئَةٌ

7. Ditulis sendirian jika berharakat fathah dan sebelumnya terdapat huruf mad selain ya. Contohnya

تَسَاءَلَ

8.  Ditulis sendirian jika setelahnya ada alif tastsniyah (kata ganda/dwi) dan tidak memungkinkan gabung dengan huruf sebelumnya. Contohnya

جُزْءَانِ

Demikian artikel singkat berjudul "Terjemah Qawaid Fi al Imla" karya Muhammad Ibn Shalih al-'Utsaimin. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam..

Subscribe untuk mendapat email artikel terbaru:

0 Response to "Terjemah Qawaid Fi al Imla"

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel ini. Bila berkenan, Anda bisa tinggalkan komentar. Semoga komentar-komentar baik Anda diberi balasan oleh Allah...