Latar Belakang Dakhil

Dakhil yang ada dan berkembang hingga saat ini dilatarbelakangi oleh beberapa sebab. Penulis membaginya menjadi dua bagian yaitu faktor internal (al-Asbab al-Dakhily) dan faktor eksternal (al-Asbab al-Kharijy). Bagi Anda yang belum mengetahui apa makna dakhil, dapat merujuk dan mencari artikel di situs ini.
 
1.    Faktor Internal (al-Asbab al-Dakhily) 

a.    Perbedaan Politik (al-khilafat al-siyasiyyah) 

Perbedaan pandangan politik di kalangan umat Islam terjadi semenjak wafatnya nabi dan semakin tajam setelah terbunuhnya khalifah Usman. Umat islam terbagi menjadi beberapa golongan. Golongan pertama mendukung penuh ‘Ali bin Abu Thalib disebut Syi‘ah. Golongan lain keluar dari Syi‘ah dinamakan Khawarij. Golongan ketiga membantu bani Umayyah dan golongan keempat simpati terhadap bani Abbasiyah. 

Al-Quran
Setiap golongan ini saling berargumen dan mencari justifikasi menggunakan al-Quran dan al-Sunnah. Mereka menggunakan dan memilih dalil-dalil yang mendukung masing-masing golongan politik. Akibatnya terjadi perubahan penafsiran yang jauh dari makna aslinya.
 
Salah satu contoh munculnya dakhil sebab politik adalah penafsiran golongan Syi‘ah surah al-Nisa ayat 138 yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, Maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus."
Mereka mengatakan ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar, Umar, dan Usman yang mereka anggap beriman kepada Nabi kemudian kufur karena berpaling dari perintah Ali, lalu beriman lagi sebab berbaiat bersama Ali, kufur kembali setelah wafatnya Nabi dan bertambah kufur sebab membaiat dirinya sendiri menjadi khalifah. 

b.    Fanatisme suku dan madzhab (al-ta‘assub li al-jins aw al-madhhab)
 
Diantara salah satu yang membantu suburnya dakhil adalah fanatisme suku atau madzhab. Sebab ini dapat kita temukan dengan jelas melatarbelakangi beberapa pemalsuan hadits. Sebagian besar pemalsuan ini disandarkan kepada Ali dan Ibn Abbas.
 
Salah satu contoh fanatisme suku adalah peristiwa pemberontakan bani Abbasiyah terhadap kedaulatan Umayah. Salah satu sebab pemberontakan itu karena ingin menjunjung unsur non Arab.
Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani di tanah Khurasan. Penduduk Khurasan sendiri mengamini keinginan untuk mendirikan dinasti yang dikuasai Persia (Abbasiyah) sehingga fanatisme ini memunculkan munculnya dakhil berupa hadits-hadits palsu.
 
Salah satu contoh dakhil yang muncul sebab fanatisme suku adalah hadits palsu Abu Umamah dari jalur Ja‘far bin Zubair yang berbunyi

إن كلام الذين حول العرش بالفارسية وان الله إذا أوحى أمرا  فيه لين أوحاه بالفارسية وإذا أوحى أمراً فيه شدة أوحاه بالعربية

Sesungguhnya pembicaraan para penghuni Arsy menggunakan bahasa persia. Dan sesungguhnya Allah apabila mewahyukan perkara yang lembut, Dia mewahyukan dengan bahasa Persia. Apabila mewahyukan perkara yang kasar, Dia mewahyukan dengan bahasa Arab.
2.    Faktor Eksternal (al-Asbab al-Kharijiyyah)
 
Faktor eksternal adalah yang disebabkan oleh pihak luar umat Islam misalnya Yahudi, Nasrani, Komunis, dan faham-faham lain yang ingin menggoyahkan dan merusak Islam.
 
Saat melihat umat Islam semakin berkembang hari demi hari dan memasuki masa kejayaan, para musuh-musuh Islam berusaha meruntuhkan dan mengalahkannya. Tetapi mereka sadar jika cara kekerasan atau peperangan tidak dapat mengalahkan umat Islam hingga akhirnya mereka berinisiatif merusak umat Islam dengan cara halus yaitu memasukkan faham-faham (dakhil) yang menjadikan umat Islam ragu dan bimbang akan al-Quran.
 
Salah satu contohnya adalah kisah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba yang pura-pura masuk Islam. Berikut beberapa isu-isu yang disebarkan agar umat Islam terpecah belah : 

a. ‘Ali bin Abu Thalib sebagai Nabi selanjutnya
b. ‘Ali bin Abu Thalib adalah Tuhan
c. ‘Ali bin Abu Thalib tidak terbunuh melainkan yang terbunuh adalah setan yang menyerupainya
d. ‘Ali bin Abu Thalib diangkat ke langit sebagaimana diangkatnya Nabi Isa
 
‘Abdullah bin Saba’ sebenarnya beragama Yahudi. Ia ingin merusak umat Islam dengan takwil-takwilnya terhadap Ali dan keturunanya agar umat Islam berkeyakinan seperti halnya keyakinan Nasrani terhadap Nabi Isa.
 
Musuh-musuh Islam telah menggunakan cara-cara demikian untuk memperdaya umat Islam dengan hadits-hadits palsu dan mayoritas hadits tersebut bertentangan dengan pondasi-pondasi keislaman (al-Mabadi’ al-Awaliyyah) sehingga umat Islam berada dalam kegoncangan dan keraguan.
 
Begitu pula yang dilakukan oleh para zindiq pembuat hadits palsu sebagaimana kisah yang diriwayatkan al-Suyuti dalam kitabnya Tarikh al-Khulafa’ disebutkan bahwa Harun al-Rashid memanggil seorang zindiq pembuat hadits palsu dan memerintahkan pasukan untuk memenggal kepala zindiq. Zindiq berkata “Engkau tidak akan memenggal kepalaku”. Harun membalas “Aku ingin membuat orang-orang terhenti dari perilaku burukmu”. Zindiq menakuti Harun dengan mengatakan, “Apa yang bisa kau lakukan terhadap 1000 hadits yang aku palsukan dan sudah aku sebarkan”. Dengan percaya diri, Harun membalas “Apakah kau tidak tahu wahai musuh Allah tentang Abu Ishaq al-Fazari dan ‘Abdullah b. Mubarak yang akan menelitinya huruf demi huruf”.

*Dipublikasikan dari Makalah Pasca UINSA

Subscribe untuk mendapat email artikel terbaru:

0 Response to "Latar Belakang Dakhil"

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel ini. Bila berkenan, Anda bisa tinggalkan komentar. Semoga komentar-komentar baik Anda diberi balasan oleh Allah...