Bani Buwaih : Kemunculan dan Para Pemimpinnya

Islam memiliki sejarah yang cukup panjang. Di antara sejarah panjang tersebut, umat islam pernah kejayaan di beberapa periode, salah satunya Bani Abbasiyah. Namun perputaran roda selalu terjadi di setiap masa atau periode. Begitu pula Bani Abbasiyah.

Setelah masa keemasannya, Bani Abbasiyah memasuki babak baru yaitu masa kemunduran. Perpecahan dan kemerdekaan muncul di wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah. Peristiwa kemerdekaan tersebut dapat dilihat di daerah Khurasan, Sijistan, Jarjan, dan Dailam. Kemerdekaan tersebut sempat berhasil diredam oleh al-Muwafaq. Namun khalifah-khalifah sesudahnya tidak bisa menumpas gerakan kemerdekaan tersebut.

Kekacauan ini bertambah dengan ketidakmampuan para khalifah untuk mengendalikan situasi di Irak. Bahkan, tren tersebut telah sampai kepada kemerdekaan yang benar-benar terpisah dari khilafah Abbasiyah. Dalam artikel singkat ini, penulis ingin membahas perpecahan yang timbul di wilayah timur terutama yang dilakukan oleh orang Turki dan Persia yaitu Bani Buwaih.

A. Kemunculan Bani Buwaih

Bani Buwaih berasal dari daerah yang disebut Dailam (Tabaristan). Dailam terletak di selatan pantai Khazar (sekarang disebut Laut Kaspia) yaitu daerah pegunungan yang dihuni oleh orang-orang yang disebut dengan Dayalimah. Mayoritas sejarawan berpendapat bahwa Dayalimah bukan keturunan Iran asli melainkan campuran dari Turki sehingga (diasumsikan) menyebabkan mereka menjadi bangsa keras, kuat, dan pandai berperang. 

Pada masa Abbasiyah, daerah ini dianggap sebagai daerah atau negara perang sehingga Abbasiyah mengirimkan tentaranya untuk berperang di daerah tersebut.

Dalam orang-orang dayalim, terdapat seorang panglima perang bernama Mardawij bin Ziyar yang kemudian mendirikan negara Ziyariyyah pada tahun 315 H. Dan di dalam kepemimpinannya, Mardawij mengangkat tiga bersaudara Buwaihiyah yaitu Ali, Hasan, dan Ahmad. Mardawij mengutus Ali menjadi gubernur di Kurj.

Ketiga bersaudara buwaih ini merupakan anak dari Abu Syuja Buwaih yang mengaku sebagai keturunan dari raja-raja Sasaniyah kuno. Selain itu, Abu Syuja Buwaih juga dikenal sebagai salah satu pimpinan gerombolan yang suak berperang ddan mereka pernah membantu Dinasti Samaniyah.
Ali bin Buwaih adalah orang yang ambisius sehingga ia melanjutkan perluasan wilayah hingga berhasil menguasai seluruh Faris. Sedangkan kedua saudaranya yang lain yaitu Hasan mengusai Jibal dan Ahmad menguasai Kirman dan Khuzistan. 

Sikap ambisius ini ditangkap oleh Mardawij sebagai suatu bahaya karena di depannya, tiga bersaudara itu menampakkan kepatuhannya tetapi di belakangnya berbeda.  Puncaknya, Mardawij meninggal di tangan orang-orang yang dipimpinnya pada tahun 323 H.

Pada Desember 945 yaitu ketika Khalifah al-Mustakfi (944-946) di Baghdad menerima kedatangan Ahmad ibn Buwaih dan mengangkatnya sebagai amir al-umara ditambah gelar kehormataan Muizz al-Dawlah (orang yang memberikan kemuliaan kepada negara).  Selain itu, Khalifah al-Mustakfi  juga memberikan gelar Ali sebagai ‘Imad al-Dawlah (tiang negara) dan Hasan sebagai Rukn al-Dawlah (dasar negara). Dari sinilah, Bani Abbasiyah memulai suatu periode perwakilan 110 tahun di bawah para penguasa Buwaih.

Berikut letak kekuasaan Bani Buwaih diantara dinasti-dinasti yang lainnya di dunia Islam pada waktu itu:

B. Para Pimpinan Bani Buwaih

Berikut adalah para sultan atau pimpinan Bani Buwaih di masing-masing daerah kekuasaannya:

1.    Daerah Faris dan Khuzistan
  1. ‘Imad al-Dawlah ‘Ali (934/322)
  2. ‘Adhud al-Dawlah Fana-Khusraw (949/338)
  3. Syaraf al-Dawlah Syirzil (983/372)
  4. Syamsyam al-Dawlah Marzuban (990/380)
  5. Baha` al-Dawlah Firuz (998/388)
  6. Sultan al-Dawlah (1012/403)
  7. Musyarrif al-Dawlah Hasan (1021/412)
  8. ‘Imaduddin Marzuban (1024/415)
  9. Al-Malik al-Rahim Khusraw-Firuz (1048/440)
  10. Fulad-Sutun (1055-1062/447-454), kemudian dikalahkan oleh Suku Kurdi Syabankara`i.
2.    Daerah Kirman
  1. Muizz al-Dawlah Ahmad (936/324)
  2. ‘Adhud al-Dawlah Fana-Khusraw (949/338)
  3. Syamsyam al-Dawlah Marzuban (983/372)
  4. Baha` al-Dawlah Firuz (998/388)
  5. Qiwam al-Dawlah (1012/403)
  6. ‘Imaduddin Marzuban (1028-1048/419-440), kemudian digantikan keturunan Saljuk dari Qawurd
3.    Daerah Jibal

1)    ‘Imad al-Dawlah ‘Ali (932/320)
2)    Rukn al-Dawlah Hasan (947-977/335-366), lalu terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Hamadan Isfahan dan Ray

a.    Cabang Hamadan Isfahan
(1)    Muayyid al-Dawlah Buya (977/366)
(2)    Fakhr al-Dawlah Ali (983/373)
(3)    Syams al-Dawlah (997/387)
(4)    Sama` al-Dawlah (1021-1028/412-419), lalu dikuasai Raja Kakuyiyyah (Kakuyids Dynasty)

b.    Cabang Ray
(1)    Fakhr al-Dawlah Ali (977/366)
(2)    Majd al-Dawlah Rustam (997-1029/387-420) kemudian ditaklukkan Dinasti Ghaznawiyah

4.    Daerah Iraq
  1. Muizz al-Dawlah Ahmad (945/334)
  2. ‘Izz al-Dawlah Bakhtiyar (967/356)
  3. ‘Adhud al-Dawlah Fana-Khusraw (978/367)
  4. Syamsyam al-Dawlah Marzuban (983/372)
  5. Syaraf al-Dawlah Syirzil (987/376)
  6. Baha` al-Dawlah Firuz (989/379)
  7. Sultan al-Dawlah (1012/403)
  8. Musyarrif al-Dawlah Hasan (1021/412)
  9. Jalal al-Dawlah Syirzil (1025/416)
  10. ‘Imaduddin Marzuban (1044/435)
  11. Al-Malik al-Rahim Khusraw-Firuz (1048-1055/440-447), lalu ditundukkan Saljuk
Selanjutnya mengenai Bani Buwaih : Kebijakan politik

Baca referensi berikut ini :
  • C.E. Bosworth, Islamic Dynasties
  • Philip K. Hitti, History of the Arabs
  • Sami al-Malghuth, Atlas Tarikh al-Dawlah al-‘Abbasiyah

Subscribe untuk mendapat email artikel terbaru:

1 Response to "Bani Buwaih : Kemunculan dan Para Pemimpinnya"

  1. Menarik, menambah wawasan. Dan ada sumber referensi pula. Thx Mastah.

    BalasHapus

Terima kasih telah membaca artikel ini. Bila berkenan, Anda bisa tinggalkan komentar. Semoga komentar-komentar baik Anda diberi balasan oleh Allah...